Malam tadi, lapar mendorong saya mencari makanan di pinggir jalan. Beruntung sekali ada pedagang ketoprak yang masih buka, bisa menyelamatkan perut lapar.

Saya hampiri gerobak yg bertuliskan ‘Ketoprak Mantap’ sambil ngomong, “Permisi… Ketoprak”. Tiba-tiba Mas yg lagi tiduran di kursi panjang langsung bangun, menyiapkan kursi kotak untuk saya.

“Duduk dulu, Mas.” Katanya sambil lanjut memelankan volume radio yg menemaninya. Dia pun mulai membuat ketoprak yg saya pesan.

Saat membuat ketoprak si pedagang ramah itu bertanya asal-usul saya. Mungkin dia tahu kalo saya perantau baru di daerah sini.

Bertanya sana-sini sampe membuat saya nekat bertanya balik, “Mas, orang asli sini ya?” sambil menerima ketoprak yang dia sodorkan.

“Bukan, saya dari sunda juga, orang Kuningan.” Jawabnya.

“Oh sama dari sunda atuh, udah lama jualan di sini?”

“Lumayan, udah mau 2 tahun.”

“Betah juga di sini ya Mas. Biasanya tutup jam berapa dagangnya Mas?”

“Sekitar jam 2, kalo sepi kadang sampe jam 3an atau sampe mau subuh.”

“Sudah punya anak Mas?”

“Sudah 3, sekarang istri sedang ngandung lagi.”

“Wah, selamat Mas.”

Nampak dari wajahnya pedagang itu gak terlalu gembira. Saya jadi canggung takut salah nanya.

“Iya, alhamdulliah, tapi kadang suka ada rasa khawatir juga kalo dipikirin.”

Mendengar itu saya paham maksudnya ke mana.

“Udah pengalaman 3 kali juga masih ada rasa khawatir ya mas?”

“Heem, soalnya sekarang lagi agak sepi jualannya.”

“Udah nyoba jualan pagi hari mas? Biasanya orang butuh sarapan pagi-pagi tuh, ini ketopraknya cocok enak juga buat sarapan pagi.”

“Udah tapi biasanya lebih rame malem2. Pagi paling dari jam 5-7 aja.”

“Semoga besok lebih rame lagi yg belinya Mas.”

“Aamiin..” Balasnya

Selesai makan ketoprak saya pulang dengan perut dan energi negatif yg lumayan kenyang.

Kadang, setelah menyerap energi negatif, saya langsung merenungi segala hal dalam kehidupan. Muncul risau tentang masa depan, tanggung jawab bahkan kematian. Untuk menetralkannya kembali, saya harus menerima bahwa hidup ini penuh ketidakpastian.

Hari ini susah, mungkin besok gampang. Hari ini gampang, mungkin besok susah. Hari ini sedih, mungkin besok bahagia. Hari ini bahagia, mungkin besok sedih. Hari ini sehat, mungkin besok sakit. Hari ini sakit, mungkin besok sehat atau mungkin juga mati.

Memang sulit mengakrabkan diri dengan probabilitas yg gak pasti. Tapi harus diterima bahwa setiap besok adalah misteri.

Di alam semesta yg bekerja secara acak sekaligus teratur, setiap detik ada benda angkasa runtuh yg terjadi secara acak selama belasan miliar tahun. Namun, kita tetap bisa berada di dunia ini.

Beberapa kutipan yg membuat saya merasa tenang saat energi negatif mulai menguasai:

Tidak perlu terlalu merisaukan masa depan, kematian dan kiamat. Toh sebelumnya kita ini tak ada, dan gak tau kenapa bisa ada.

Hidup ini dijalani saja dengan santai. Toh pada akhirnya juga kita akan mati.